Monday, November 15, 2010

Nasionalisme Indonesia Kini dan di Masa Depan (AG003.10)

Diterjemahkan dari “Indonesian Nationalism Today and the Future" dari
New Left Review I/235 Mei/Juni 1999.

Penulis Benedict Anderson.

Penerjemah naskah oleh Bramantya Basuki.

Jumlah halaman isi40 halaman.

Boleh diperbanyak sendiri.

Download:

versi baca (3.65 mb)

versi imposed (4.8 mb)

Jika kalian kesulitan mengeprint versi imposed, kalian dapat mengikuti petunjuk di sini.

Monday, February 15, 2010

Tentang Diskusi Merebut Kembali yang Commons

Hujan tiba tiba turun deras pada kamis sore (11/02), namun itu tidak menjadi halangan bagi kami untuk tetap melaksanakan acara diskusi perdana Anjing Galak Penerbitan, anjing tidak pernah takut akan hujan. Pembicara kita untuk diskusi kali ini, Brad Simpson merupakan seorang mantan aktivis HAM dari Amerika Serikat yang sekarang menjadi asisten profesor untuk bidang sejarah dan hubungan Internasional di Princeton University, AS. Salah satu bukunya berjudul Economists with Guns akan segera diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam beberapa bulan mendatang.


Teman teman ada yang sudah menunggu sedari siang dan ada juga yang baru datang, beberapanya ada yang pula yang kebasahan karena hujan, mereka antara lain datang dari organisasi organisasi dari Forum Aktivis Badung, Jaringan Anti Autoritarian, Buletin Kampus Tiga, KKBM Unpar, tuan rumah UKM Media Parahyangan dan UKM Pusik Parahyangan.

Dimulai dengan pembahasan secara kilat buku Merebut Kembali yang Common karya Naomi Klein, lalu dilanjutkan dengan pengenalan singkat masing-masing peserta diskusi yang tampak tak sabar lagi untuk berdiskusi. Seolah hujan yang tanpa ampun menderai dan membuat bising ruangan Media Parahyangan tak lagi dapat menghalangi.


“Saya mengenal politik dari Noam Chomsky dan grup Public Enemy.” Tutur Brad saat diskusi semakin menghangat walau hujan diluar justru semakin deras menderai. Baginya Naomi Klein merupakan salah satu pemikir penting dalam dunia aktivisme internasional saat ini. “Naomi klein adalah seorang pemikir yang paling penting saat ini, serta radikal tanpa perlu ada satupun idiologi yang dianutnya.” Dengan bahasa Indonesianya yang cukup jelas walau agak terbata-bata Brad mulai membahas beberapa hal seperti dunia aktivisme di Amerika Serikat yang pernah ia dan istrinya pernah jalani hingga yang kontemporer saat ini.


Para peserta juga memaparkan kondisi dunia aktivisme lokal, mulai dari kondisi mengapa mereka memilih jalan aktivisme era 90an, hingga yang kondisi dan masalah kekinian. diskusi pun nampak seperti studi banding antar gerakan aktivisme Indonesia-Amerika. Brad menekankan pentingnya memiliki suatu masalah bersama untuk dijadikan pemacu gerakan aktivisme lokal, juga untuk membangun komunikasi antar gerakan aktivisme.


Dua Jam diskusi penuh keasikan itu harus berhenti karena ruangan sudah begitu sesak dengan asap rokok dan Brad sendiri masih harus disibukkan dengan acara lainnya. Hujan masih belum berhenti seperti halnya niatan kami untuk mengadakan diskusi yang lain di kemudian hari. Nantikanlah.

Wednesday, February 10, 2010

Versi Cetak Telah Kami Siapkan, Kalian Bersiaplah!


Untuk diskusi yang akan kami adakan, kami telah mempersiapkan versi cetak dari terbitan kami, yaitu Merebut Kembali yang Commons dan Perjoeangan Kita. Versi cetak ini akan kami jual dengan harga Rp 10.000 per eksemplar.

Kami hanya membuat versi cetak ini sedikit, 20 eksemplar untukMerebut Kembali yang Commons, 10 eksemplar untuk Perjoeangan Kita.

Jika teman teman kehabisan atau tidak dapat datang diskusi besok tapi berminat untuk memiliki versi cetak dari Anjing Galak Penerbitan dapat menghubungi email kami di p.anjinggalak@gmail.com.

Diskusi Merebut Kembali yang Commons Kamis, 11/02/2010

Seperti yang kami sampaikan pada surat terbuka kami, bahwa kami berharap kami tidak hanya berhenti pada penerbitan buku saja, tapi juga ikut berpartisipasi dalam proses perubahan sosial, maka kami akan mengadakan diskusi tentang artikel Naomi Klein yang berjudul Reclaim The Commons yang telah kami terjemahkan menjadi Merebut Kembali yang Commons.

Diskusi ini diselengarakan atas kerja sama dengan UKM PUSIK Parahyangan dan UKM Media Parahyangan.

Pada hari Kamis tanggal 11 Febuari 2009, pukul 15.30-18.30. Bertempat di UKM Media Parahyangan, Gedung UKM Unpar, Kampus Unpar, Jl. Ciumbuleuit No.94.

Dengan pembicara Bradley R. Simpson, Universitas Princeton, Amerika Serikat.


Friday, January 29, 2010

Perjoeangan Kita (AG002.10)


Penulis Soetan Sjahrir.

Diketik ulang oleh Bramantya Basuki.

Foto sampul John Florea (1946)

Jumlah halaman isi 36 halaman.

Boleh diperbanyak sendiri.

Download:

versi baca (1.33 mb)

versi
imposed (4.81 mb)

Jika kalian kesulitan mengeprint versi imposed kalian dapat mengikuti petunjuk di sini.

Tuesday, January 26, 2010

Surat Terbuka Anjing Galak

Pembaca yang selalu kami rindukan,


Sebut saja kami Anjing Galak Penerbitan. Berawal dari sebuah kesadaran bahwa di antara berbagai macam pekerjaan, urusan pribadi, pelajaran dan waktu bermain, kami masih memiliki kesempatan emas untuk memperoleh dan mempelajari berbagai macam bacaan istimewa baik yang kekinian maupun sudah lampau. Berbagai macam bacaan tersebut begitu banyak menginspirasi kami, menggugah relung-relung kemalasan kami sehingga akhirnya kami memutuskan untuk berbuat sesuatu.

Akhirnya kami diskusikan. Mengetik. Menerjemahkan. Mendesain ulang. Membuat situs.

Tentu, situs ini hanyalah sebuah situs biasa seperti layaknya ratusan juta situs lainya, dan tak lepas dari banyak kesalahan dan kekurang-ajaran disana-sini. Jujur saja, kami tak terlalu perduli mengenai itu. Kami jauh lebih ingin peduli pada anda sekalian yang dengan riang hati mau sekedar mengunduh, membaca, merenungkan atau bahkan memimpikan. Apalagi bagi anda, yang dengan besar hati hendak berkontribusi menerjemahkan, mengetik ulang, membuka ruang-ruang diskusi atau tergerak melakukan suatu aksi, apapun bentuknya.

Situs ini kami persembahkan bagi anda semua yang percaya bahwa gagasan takkan pernah mati dan senantiasa memiliki kaki: Bahwa berbagai perubahan sosial dan banyak tindakan mengagumkan berasal dari sebuah gagasan yang terus dipelihara dan tak pernah habis dari waktu ke waktu, sebanyak apapun keputusasaan dan ketakutan mengganjal. Dan setiap pemikiran selalu berpijak pada pundak pemikiran sebelumnya. Oleh sebab itu tak pernah bisa kita berteriak begitu congkak bahwa gagasan itu hanya milikku semata, dan siapapun yang menginginkannya harus membelinya dari aku! Kita percaya bahwa gagasan pada awalnya tak pernah berasal murni dari rasio kita sendiri, oleh karena itu harus senantiasa kita bagi. Ia dapat berjalan, menyebar, menyadarkan dan memecahkan kebekuan.

Anggap saja kami sebuah gonggongan kecil, yang terus menjadi keras dan akan bersatu dengan jutaan gonggongan lainnya. Hingga akhirnya menjadi sebuah peringatan, yang akan terus menbuat resah ketentraman rezim penindasan dan ketidakadilan.

Jabat erat dan senyum hangat,
Anjing Galak Penerbitan

Monday, January 25, 2010

Akan Segera Terbit

Perjoeangan Kita

Penulis: Soetan Sjahrir



Dalam Perjuangan Kita, Sjahrir mengatakan bahwa “Revolusi nasional itu hanya buntutnya daripada revolusi demokrasi kita. Bukan nasionalisme harus nomor satu, akan tetapi demokrasi...” Dengan itu Sjahrir mau menegaskan bahwa kemerdekaan dan kebangsaan Indonesia bukan lahir dari nasionalisme melainkan dari perjuangan kedaualatan rakyat. Nasionalisme hanyalah buntut, nasionalisme adalah perasaan atau sentimen akhir yang menggumpal sebagai hasil dari suatu proses politik populer. Yang mula selalu adalah rakyat yang berjuang, untuk kemudian memandang dirinya sebagai subyek yang terbebaskan menyatakan dirinya dalam suatu identitas kebersamaan dan merumuskan tujuan-tujuan bersamanya sendiri. Inilah substansi dari kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu, identitas ke-Indonesiaan tidak terbentuk berdasarkan suatu pandangan mengenai kolektifitas, melainkan pandangan mengenai kemerdekaan, emansipasi dan martabat manusia. Ini ditegaskan kembali oleh Sjahrir ketika ia mengatakan: “Hanya semangat kebangsaan yang dipikul oleh perasaan keadilan dan kemanusiaan dapat mengantar kita maju di dalam sejarah dunia.

Dengan demikian di sini jelas, bagi Sjahrir nasionalisme bukanlah sebuah orientasi etis lengkap yang bisa dijadikan sandaran bagi suatu pandangan politik kebangsaan yang komprehensif. Nasionalisme adalah residu yang muncul dalam gejolak emansipatoris yakni gerakan rakyat dalam suatu kurun historis. Dalam tradisi yang berkembang hingga kini di Indonesia, kemerdekaan Indonesia sering disalahpahami sebagai hasil dari nasionalisme. Kemerdekaan bahkan sering disalahpahami sebagai semata-mata ‘nasionalisme’. Padahal kemerdekaan adalah hasil dari perjuangan rakyat, kemerdekaan adalah hasil dari suatu –dalam istilah Sjahrir- revolusi demokrasi, bukan nasionalisme. Dengan itu nasionalisme tunduk pada kedaulatan rakyat dan demokrasi. Nasionalisme tidak akan muncul tanpa adanya ‘popular will’ untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, demokrasi adalah ‘tuan’ atas nasionalime.

Lebih jauh lagi, bagi Sjahrir, nasionalisme yang dilepaskan dari ‘tuan’ demokrasinya adalah nasionalisme yang mengandung monster kemanusiaan di dalamnya. Dalam suatu momen historis tertentu, nasionalisme bisa dengan gampang merosot menjadi kebencian dan kebengisan terhadap golongan lain. Dalam tahap ini, nasionalisme yang merosot justru bertentangan dengan kedaulatan rakyat sendiri. Di sinilah orientasi etis akan yang universal diperlukan. Sjahrir menyebut ideal keadilan dan kemanusiaan sebagai syarat akan yang universal itu. Dengan demikian, di dalam Sjahrir kita mesti memikirkan setidaknya empat ideal dasar kepolitikan yakni: yang pertama dan utama adalah kedaualatan rakyat (demokrasi) yang terekspresi dalam semangat emansipasi/kemerdekaan. Kedua adalah kebangsaan Indonesia yang merupakan artikulasi kolektif dari emansipasi dan demokrasi. Ketiga adalah keadilan. Keempat adalah kemanusiaan.

Di titik inilah maka kita sampai pada suatu kesimpulan –yang dalam selera politik Indonesia bersifat kontroversial- bahwa dalam kebangsaan Sjahririan (juga Hatta) Indonesia merdeka justru hanya bisa tumbuh berdiri dan langgeng apabila menolak nasionalisme. Indonesia merdeka harus melampaui nasionalisme. Di titik ini –untuk mengantisipasi pemahaman keliru yang terlanjur berkembang dalam tradisi pemikiran di Indonesia- kita mesti menjawab persoalan pokoknya: apakah dengan menolak nasionalisme, Sjahrir menolak atau tidak patriotik?

Robetus Robet

dikutip dari
kata Pengantar pada Buku Pemikiran Politik Soetan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia
tentang Sosialisme Demokratis
(2009)

Wednesday, January 20, 2010

Merebut Kembali yang Commons (AG001.10)


Diterjemahkan dari “Reclaiming the Commons” dari
New Left Review Mei/Juni 2001.

Penulis Naomi Klein.

Penerjemah naskah oleh Bramantya Basuki.

Ilustrasi pada sampul diambil dari poster film Frankenstein tahun 1931, diedit secara digital oleh Feransis Feransis.

Jumlah halaman isi 20 halaman.

Boleh diperbanyak sendiri.

Download:

versi baca (3.12 mb)

versi imposed (1.86 mb)

Jika kalian kesulitan mengeprint versi imposed kalian dapat mengikuti petunjuk di sini.

Cara untuk Mengeprint Versi Imposed

Versi imposed artinya halaman pada PDF sudah disetting untuk diprint lalu disusun seperti buku.

Kalian dapat mengikuti langkah-langkah dibawah ini untuk membuatnya sendiri.

1. Pertama buka file PDF versi imposed. Pilih untuk mengeprint.


2. Pastikan setting pada printer sudah memakai kertas A4. Caranya buka properties dan mengubah paper size pada opsi paper options. Kalian dapat juga mengatur kualitas cetak dari printer kalian pada opsi quality options. Bila sudah klik ok.



3. Agar tidak ada yang terpotong kalian dapat memastikannya pada paper scaling pada opsi page handling, pilih fit to printable area.


4. Kalian harus mengganti subset pada opsi print range menjadi odd page only. Kalian dapat mengklik ok, maka PDF akan segera diprint.


5. Hasil pada printer akan terlihat seperti di bawah, dengan sisi baliknya yang kosong. Kalian tinggal memasukan lagi kertas-kertas tersebut dalam paper tray di printer kalian. Ingat, kalian tidak perlu mengubah-ubah urutan kertas, tinggal masukan lagi kertas mengikuti foto di bawah.


6. Kalian print lagi namun subset pada opsi print range harus diganti menjadi even page only.


7. Maka kalian akan mendapat hasil print seperti dibawah, kedua sisi kertas sudah diprint.


8. Sesudah itu kalian dapat menstaples hasil print di tengah, lalu melipatnya menjadi seperti buku.


Bila kalian ada masalah kalian dapat bertanya melalui email p.anjinggalak@gmail.com

Monday, January 18, 2010

Akan Segera Terbit


Judul: Merebut Kembali yang Commons
Penulis: Naomi Klein
Penerjemah: Bramantya Basuki